Senin, 02 Juli 2012

Sejarah berdirinya ponpes al huda


Sejarah dan tujuan berdirinya Pondok Pesantren Al-Huda
Syaikhuna Wamurobbiruhina Asysyaikh Al ‘Alim Al ‘Alamah KH. Abdurrohman adalah pendiri sekaligus Pengasuh pondok pesantren Al-Huda Jetis Kutosari Kebumen yang didirikan pada tahun 1801 M.
Semasa kecilnya beliau bernama Sholihin, dan hidup sebagai anak seorang petani biasa dan kehidupan sehari-harinya adalah mengembala kerbau milik pamannya, dan ketika beranjak remaja Beliau pergi ke Kota Makkah untuk menuntut ilmu. Disana beliau belajar ilmu Tashawwuf pada Syaikh Sulaiman Zuhdhi di Jabal Qubais. Pada saat itu di Makkah terjadi kerusuhan, yaitu dimana orang-orang Wahabi selalu meneror dan memerangi orang-orang suni, karena kejadian tersebut akhirnya beliau kondur ketanah Jawa,indonesia,tepatnya DI KEBUMEN.
Sepulangnya beliau dari Makkah, kemudin beliau menyebarkan ilmu yang diperolehnya sewaktu di Makkah, karena dalam setiap melakukan kegiatan belajar mengajar beliau dan santrinya selalu menutup pintu, sehingga mengundang kecurigaan kaum penjajah (belanda) bahwa beliau akan memberontak, yang pada akhirnya belau ditangkap dan diintrogasi tentang kegiatan yang dilakukan beliau dan santri-santrinya. Setelah beliau menerangkan bahwa semua kegiatan yang dilakukan bukan untuk memberontak, akhirnya beliau dibebaskan kembali dengan syarat beliau hanya pindah dari desa ambal, Kebumen
Kebetulan pada saat itu Bupati Kebumen membutuhkan seorang Kyai untuk ditempatkan di desa Kutosari tepatnya didukuh jetis, akhirnya Beliau ditempatkan di Jetis yang saat itu namanya telah diganti menjadi KH. Abdurrohman. Pada mulanya Jetis merupakan hutan belantara yang sangat angker dan wingit, tapi berkat jasa serta kesaktian yang dimilikinya akhirnya beliau mampu menaklukan semua dedemit yang ada disana. Disamping itu juga beliau tetap mengajarkan ilmu tashawwuf serta ditambah ilmu thoriqoh yang
dinamai Thoriqoh Naqsyabandiyah Kholidyah. sehingga semakin hari semakin banyak pula jama’ahnya bahkan sampai saat ini jama’ahnya telah mencapai lebih dari 10.000 jama’ah.
Manusia boleh berencana, tapi pada akhirnya Allah-lah yang menentukannya. Pada hari Jum’at waktu beliau sedang mengerjakan shalat shubuh tepatnya ketika sedang melakukan sujud tilawah, beliau dipanggil untuk menghadapNya.
Sepeninggalan Beliau Romo KH. Abdurrohman kepemimpinan pondok diteruskan oleh putra beliau, seorang Ulama yang bernama Husain, kemudian setelah Beliau meninggal dunia laju kepemimpinan diteruskan oleh adiknya yaitu mbah Hasbulloh, beliau merupakan seorang yang sangat disiplin dan bersahaja.
Beliau kemudian meninggal ketika sedang melakukan tawajjuhan. Sepeninggalnya beliau kemudian roda kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya, seorang ‘Alim ‘Allamah yang bernama mbah Machfudz Hasbulloh, semasa mudanya beliau pernah mengenyam pendidikan diberbagai pondok, antara lain Pondok termas selama kurang lebih 2 tahun, kemudian dilanjutkan ke Pondok Bendo,
kediri. Yang saat itu diasuh oleh Syaikh Ghozin, Yang kemudian beliau dinikahkan dengan salah satu putri belau yang bernama Nyai Maimunah. Atas pernikahannya beliau dikaruniai 17 putra dan putri, namun yang hidup hanya 6 putra dan 6 putri, yaitu :
    1. Kyai. Abdu l Kholiq
    2. Kyai. Juwaini
    3. Nyai. Umi Kulsum
    4. Nyai. Khasanah
    5. Nyai. Masruroh
    6. Kyai. Makhrus
    7. Nyai. Hayati
    8. Kyai. Muahaimin
    9. Nyai. Siti Ma’rifah
    10. Nyai. Siti Muhayaroh
    11. Kyai. Wah ib Machfudz
    12. Kyai. Yazid Macfufudz
Kemudian beliau wafat, laju kepemimpinan pondok dipegang oleh putranya yang sulung KH. Abdul Kholiq, seorang kyai yang bertempramental keras dan sangat disiplin, tapi sayang ketika beliau sedang semangat-semangatnya mengasuh pondok beliau dipanggil untuk menghadap Rahmatulloh. Setelah beliau wafat, digantikan oleh adiknya yaitu Syaikhina Wamurobbiruhina Romo KH. Wahib Machfudz dan adiknya Romo KH. Yazid Machfudz.
Semasa mudanya beliau Romo KH. Wahib Machfudz menempuh pendidikan umum sampai tingkat tsanawiyah, kemudian beliau mondok di lirap asuhan KH. Durmuji Ibrohim, pada tahun 1974-1978. setelah itu beliau melanjutkan dipondok Al-Barokah, Kawunganten Cilacap, setelah merasa cukup kemudian Beliau melanjutkan mondoknya di Ploso yang diasuh oleh KH. Ustman Djazuli pada tahun 1980-1983. dan kemudian setelah dianggap cukup kemudian beliau pulang untuk meneruskan perjuangan kepemimpinan pondok.
Dalam pendidikannya pondok pesantren AL-Huda, menganut sistim salafi dimana setiap pembelajarannya selalu memakai dasar kitab-kitab karangan Ulama salaf atau lebih terkenal dengan se
butan Kitab Salafy atau pula sering disebut kitab gundul atau kitab kuning. dan untuk bisa membaca kitab tersebut setiap santrinya wajib bisa menguasai ilmu-ilmu alat seperti kitab al-jurumiyah, Qowa’idul ‘Irob, sebagai ilmu dasar, kitab ‘imrithi, Al-fiyah ibni malik dan kitab-kitab lainnya yang khusus membahas tentang ilmu-ilmu nahwu.
Maka dari itu pondok pesantren Al-Huda juga lebih terkenal dengan Pondok Alat yang artinya pondok yang khusus mempelajari ilmu-ilmu nahwu. Dan selain mempelajari ilmu alat pondok pesantren Al-Huda juga mempelajari tentang cara-cara membaca al-qur’an dengan benar dimana disini setiap santri wajib untuk mengetahui :
  1. setiap santri harus bisa mengetahui bagaimana cara mengucapkan huruf-huruf hijaiyah dengan fasih
  2. setiap santri harus mengetahui tentang hukum-hukum bacaan al-qur’an (ilmu tajwid)
  3. setiap santri diharuskan untuk bisa menghafal sebagian dari al-qur’an minimal surat-surat juz ‘amma
  4. Setiap santri juga diwajibkan menghafalkan surat-surat pilihan seperti Yasin, Al Mulk, Al Waqi’ah, Al Rohamn, Al Sajadah, dan Surat-surat pilihan lainnya
  5. dan setiap santri juga diwajibkan untuk mempelajari Ghorib Musykilat, bagi santri yang telah menempuh Sorogan Al-Qur’an.
dengan mengedepankan ilmu-ilmu tersebut diharapkan setiap santri mampu untuk mengetahui tentang isi yang terkandung dalam al-qur’an dan dan juga fasih dalam pelafadzannya.
Selain mengedepankan ilmu alat dan ilmu tajwid, pondok pesantren Al-huda juga mempelajari ilmu-ilmu agama yang dikemas dalam sebuah madrasah diniyah yang terbagi menjadi tujuh tingkatan. Adapun pelajaran-pelajarannya diantaranya :
  1. ‘Inatut Tholibin
  2. Hasyiyatus Shoban
  3. Fathul Qorib
  4. Alfiyah Ibni Malik
  5. Syarhul Hikam
  6. Musthalah Hadist
  7. Faraidul Bahiyah
  8. Risalatul Mahidl
  9. Tijan Durori
  10. Ta’lim Mutta’alim
  11. Khulashoh Nurul Yaqin
  12. Ilmu Mantiq
  13. Ilmu Faroidl
  14. Sullamut Taufiq
  15. Muhtashor Jiddan
  16. Safinatun Naja
  17. Talkhisul Asas
  18. Ikmal Fi Shorfiyah
  19. Qow’idul ‘Ilal
  20. Maqshud fi Shorfiyyah
  21. Ghorib Musykilat
  22. Mabadiul Fiqhiyah
  23. Taisirul Khalaq
  24. Bahasa arab
  25. Imla
  26. Hidayatussibyan
Adapun setiap pelajaran tersebut terbagi menjadi beberapa tingkatan dan disesuaikan dengan kelas.
Selain kitab-kitab diatas juga, para santri diwajibkan untuk mengikuti pengajian Tafsir Jalalain dan Ihya ‘Ulumudin yang langsung dibacakan olah beliau Romo Kyai Wahib Mahfudz yang diikuti oleh santri-santri khos yang khusus mondok, dan Bandungan Fathul Qorib dilaksanakan pada malam hari setelah shalat isya diikuti oleh semua santri Pondok Pesantren Al-Huda.
Pada perkembangannya Pondok Pesantren Al-Huda, setiap tahunnya selalu menunjukan grafik yang selalu meningkat terlihat dari tahun 2000 yang tercatat hanya sekitar 400 santri sekarang meningkat mencapai lebih dari 600 santri yang semuanya datang dari berbagai penjuru daerah di Indonesia seperti Cilacap, Ciamis, Jakarta, Lampung, dan juga dari daerahnya sendiri Kebumen dan tidak jarang pula datang dari kota – kota seberang seperti palembang, Riau, Jambi, Bengkulu, Irian Jaya, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan berbagai daerah lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar